Wednesday, 11 April 2012
Senam lantai & akrobat
Bagi orang kebanyakan, nama capoeira masih terasa asing. Meski bisa jadi
pernah melihatnya, suatu saat entah di mana. Seni beladiri ini
mendunia dengan bergerilya melalui film-film Hollywood atau permainan
video playstation.
Cirinya segera terlihat dari gerakan kuda-kuda yang khas, disebut ginga
(dibaca: jinga). Kedua kaki maju bergantian dengan tangan mengayun
sebatas dada. Sekilas, gerakannya mirip pogo, tarian penggemar musik
ska, yang beken di kalangan anak muda dua-tiga tahun lalu.
Saat memperagakan "jurus-jurus" atau bertarung, gerakan kaki capoeirista
tampak lebih dominan. Sering posisi kepala lebih rendah, hingga tubuh
bertumpu pada tangan. Banyak pula gerakan yang merupakan variasi dari
lompatan atau salto, hingga terlihat seperti perpaduan antara senam
lantai dan akrobat.
Dalam pertarungan, gerakan akrobatik digunakan sebagai dasar serangan.
Sedang pukulannya bisa dilakukan dengan kepala, tangan, siku, lutut,
atau kaki. Pada pertarungan bawah (ground fighting), capoeira dapat
memberi tekanan berarti, meski tidak terlalu dapat memberi kuncian.
Tak seperti beladiri lain, capoeira tidak terlalu banyak melakukan
gerakan tangan. Tidak pula mengenal senjata dalam pertarungan. Jika ada
tongkat atau parang yang digunakan, itu bagian dari tari maculele.
Tarian tradisional Brazil yang kadang dimainkan capoerista.
Pertarungan jadi tampak seperti adu akrobatik, capoeira pun jadi layak
ditonton sebagai hiburan. Maklum, gerakan dasarnya memang tarian.
Pemain begitu bebas berekspresi dan melakukan variasi gerakan. Terasa
wajar pula jika kemudian ada yang meragukan keampuhannya dalam
pertarungan gaya bebas, bila dibandingkan dengan beladiri dari Asia
seperti karate atau taekwondo.
Namun, tak semua orang setuju dengan pendapat itu. Paul Andrew Zellinger
Steven (19), instruktur capoeira di Jakarta Selatan justru merasa
menemukan kebebasan. "Kita bisa memadukan gerakan apa pun seindah
mungkin. Tidak akan cepat bosan, lebih dinamis," kata penyuka berbagai
olahraga beladiri itu.
Suasana dinamis semakin terasa saat peragaan pertarungan di roda (hoda),
arena berbentuk lingkaran. Selagi bertarung, sesama capoeirista di
sekeliling arena akan bernyanyi sambil bertepuk tangan diiringi
berimbau, alat musik berbentuk busur berdawai tunggal. Nada-nada khasnya
terasa mistis di tengah bunyi alat perkusi lain seperti atabaque
(konga), pandero (tamborin), dan agogo (mirip pipa berbentuk "u"
vertikal).
Peran musik, terutama berimbau, dalam hoda begitu sentral karena ia
menentukan tempo nyanyian, yang juga menentukan pula sifat pertarungan,
apakah keras atau bersahabat. Filosofinya, alat dari kayu bariba itu
adalah "sentral" capoeira.
Agar komplet, capoeirista juga wajib melahap filosofi capoeira, yang
banyak disarikan dari pola gerakan. Ajaran ini juga banyak diserap dari
capoeira asli, atau disebut capoeira angola, yang masih hidup
berdampingan dengan capoeira regional atau modern. Gerakan, musik,
nyanyian, dan filosofi merupakan materi yang harus dikuasai untuk
menentukan kenaikan "tingkat".
Sejarah Singkat
Menurut asal kata, senam (gymnastics) berasal dari bahasa Yunani, yang
artinya: "untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan oleh
atlet-atlet yang telanjang". Dalam abad Yunani kuno, senam dilakukan
untuk menjaga kesehatan dan membuat pertumbuhan badan yang harmonis, dan
tidak dipertandingkan. Baru pada akhir abad 19, peraturan-peraturan
dalam senam mulai ditentukan dan dibuat untuk dipertandingkan. Pada
awal modern Olympic Games, senam dianggap sebagai suatu demonstrasi
seni daripada sebagai salah satu cabang olahraga yang teratur.
Menurut Menke G. Frank dalam Encyclopedia of Sport, as Bannes and
Company, New York, 1960, senam terdiri dari gerakan-gerakan yang
luas/banyak atau menyeluruh dari latihan-latihan yang dapat membangun
atau membentuk otot-otot tubuh seperti : pergelangan tangan, punggung,
lengan dan lain sebagainya. Senam atau latihan tersebut termasuk juga :
unsur-unsur jungkir balik, lompatan, memanjat dan keseimbangan.
Sedang Drs. Imam Hidayat dalam bukunya Penuntun Pelajaran Praktek Senam,
STO Bandung, Maret 1970 menyatakan, "Senam ialah latihan tubuh yang
diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematik dan dilakukan
secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis".
Olahraga senam sendiri ada bermacam-macam, seperti : senam kuno, senam
sekolah, senam alat, senam korektif, senam irama, turnen, senam
artistik. Secara umum senam memang demikian adanya, dari tahun ke tahun
mengalami penyempurnaan dan semakin berkembang. Yang dulunya tidak
untuk dipertandingkan, namun sejak akhir abad 19 mulai dipertandingkan.
Dibentuklah wadah senam internasional, dengan nama Federation
International de Gymnastique (FIG), yang mengelola antara lain :
1. Senam Artistik (Artistic Gymnastics).
2. Senam Ritmik (Modern Rhytmic).
Senam Artistik serta perkembangannya di Indonesia
Lahirnya senam artistik di Indonesia yaitu pada saat menjelang pesta
olahraga Ganefo I di Jakarta pada tahun 1963, yang mana setiap artistik
merupakan salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan, untuk ini
perlu dibentuk suatu organisasi yang berfungsi menyiapkan para
pesenamnya. Organisasi ini dibentuk pada tanggal 14 Juli 1963 dengan
nama PERSANI (Persatuan Senam Indonesia), atas prakarsa dari tokoh-tokoh
olahraga se-Indonesia yang menangani dan mempunyai keahlian pada
cabang olahraga senam. Promotornya dapat diketengahkan tokoh-tokoh dari
daerah seperti : Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sumatera Utara. Wadah inilah kemudian telah membina dan menghasilkan
atlet-atlet senam yang dapat ditampilkan dalam Ganefo I dan untuk
pertama kalinya pula pesenam-pesenam Indonesia menghadapi pertandingan
Internasional. Kegiatan selanjutnya adalah mengikut sertakan tim senam
dalam rangka Konferensi Asia Afrika I dan dalam Ganefo Asia, dimana
untuk mempersiapkan atlet-atlet Indonesia ini dipanggil pelatih-pelatih
senam dari RRC, maka dengan demikian Indonesia mengalami kemajuan
dalam prestasi olahraga senam. Tetapi sangat disayangkan bahwa harapan
yang mulai tumbuh harus berhenti sementara oleh karena suasana politik
yaitu saat meletusnya G 30 S/PKI, sehingga pelatih-pelatih dari RRC
harus dikembalikan ke negaranya.
Usaha untuk mengejar ketinggalan ini maka pada tahun 1967 dikirim
seorang pelatih Indonesia yaitu : Sdr. T. J. Purba ke Jerman Timur untuk
sekolah khusus pelatih senam artistik selama 26 bulan. Kemudian
sebagai titik tolak yang kedua adalah dimasukkannya cabang olahraga
senam artistik yang pertama kalinya dalam Pekan Olahraga Nasional (PON
VII/1969) di Surabaya, dan kemudian untuk seterusnya dimasukkan dalam
setiap penyelenggaraan PON.
Pengertian Senam
Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan baik sebagai cabang olahraga
tersendiri maupun sebagai latihan untuk cabang olahraga
lainnya.Berlainan dengan cabang olahraga lain umumnya yang mengukur
hasil aktivitasnya pada obyek tertentu, senam mengacu pada bentuk gerak
yang dikerjakan dengan kombinasi terpadu dan menjelma dari setiap
bagian anggota tubuh dari komponen-komponen kemampuan motorik seperti :
kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelentukan, agilitas dan
ketepatan. Dengan koordinasi yang sesuai dan tata urutan gerak yang
selaras akan terbentuk rangkaian gerak artistik yang menarik.
Pada tingkat sekolah atau yunior pertandingan dapat dibatasi pada
nomor-nomor tertentu, biasanya senam lantai dan kuda-kuda lompat.
Pertandingan tingkat Nasional dan Internasional bagi pria terdiri dari 6
(enam) nomor yakni : senam lantai, kuda-kuda lompat, kuda-kuda
pelana, palang sejajar, palang tunggal, dan gelang-gelang. Sedang bagi
wanita ada 4 (empat) nomor : senam lantai, kuda-kuda lompat, balok
keseimbangan, dan palang bertingkat.
Penilaian diberikan oleh 4 (empat) orang wasit yang dipimpin oelh
seorang wasit kepala. Setiap peserta pertandingan harus melakukan 2
(dua) macam rangkaian pada setiap nomor atau alat, satu rangkaian wajib
(yang telah ditentukan terlebih dahulu) dan satu rangkaian pilihan
atau bebas masing-masing. Nilai seseorang adalah rata-rata dari dua
nilai tengah dengan membuang nilai tertinggi dan nilai terendah dari 4
(empat) orang wasit. Pesenam dengan nilai akumulasi tertinggi menjadi
juara ke I dalam kategori serba bisa, tertinggi kedua menjadi juara
ke II dan seterusnya.
Juara regu ditentukan dengan penjumlahan 5 (lima) nilai terbaik dari 6
(enam) anggota regu dan setiap alat. 6 (enam) peserta terbaik dari
semua atlet turut dalam pertandingan final pada tiap-tiap atlet dan
nilai akhir yaitu rata-rata dari rangkaian bebas/pilihan dan wajib
terdahulu disatukan dengan nilai rangkaian bebas/pilihan dalam final.
Nilai ini menentukan urutan pemenang tiap alat.
Para wasit memberikan nilai pada waktu bersamaan. Nilai maksimum adalah :
10,000. Hukuman-hukuman diberikan dengan pengurangan nilai pada
pelaksanaan yang salah, penguasaan yang kurang baik, dibantu orang lain,
jatuh dari alat atau melampaui batas waktu. Selain itu dinilai pula
faktor kesulitan gerak dan penampilan estetikanya. Besar pengurangan
nilai adalah persepuluhan. Peraturan penilaian direvisi setiap 2 (dua)
tahun. Semua gerakan mempunyai faktor kesulitan yaitu : A, B dan yang
tersukar adalah C. Rangkaian latihan biasaya terdiri atas sikap-sikap
statis yang memerlukan tenaga yang besar disambung dengan
gerakan-gerakan berirama y agn sesuai. Sementara sejumlah berntuk gerak
memerlukan kekuatan yang lain memerlukan mobilitas atau keterampilan.
Senam lantai
Biasanya merupakan nomor pertama dalam pertandingan atas pertimbangan
kesempatan bagi para pesenam untuk juga berlaku sebagai pemanasan karena
gerakan-gerakannya tidak memerlukan tenaga otot yang luar biasa.
Nomor ini mungkin merupakan tontonan yang paling mengasyikkan
dibanding dengan alat-alat lain meskipun sebenarnya relatif berkembang
paling baru. Untuk pertama kali nomor ini sebagai nomor perseorangan
dalam Olympiade 1932 dan bagi wanita baru 20 tahun kemudian.
Senam lantai sangat populer terutama bagi penyelenggaraan secara massal
yang dapat diikuti oleh ribuan peserta bersama-sama.
Gerakan-gerakannya dapat dikerjakan secara seragam dan membentuk
formasi-formasi yagn menarik dan mengesankan. Di negeri kita sekarang
sedang digalakkan apa yang disebut senam pagi Indonesia.
Lantai pertandingan berukuran 12 m2 dalam ruang yang berukurang 14 m2
dilapisi karpet kenyal setebal 0,045 m. Pria tampil dalam waktu 70 detik
dan wanita dengan diiringi musik 90 detik. Keduanya bertujuan untuk
memberikan kesan kepada para wasit dengan rangkaian urutan dari
berbagai lompatan, putaran, keseimbnagan dicampur dengan unsur-unsur
lonjakan dan akrobatik. Gerakan-gerakan yang menekankan tenaga harus
dilakukan secara lambat dan sikap statis sekurang-kurangnya 2 detik.
Gerakan-gerakan salto harus dikerjakan setinggi bahu
Label: PENJASKES XI