Wednesday, 4 April 2012
Struktur Atom
Anda telah mengetahui beberapa unsur dalam
kehidupan sehari-hari. Unsur dapat mengalami perubahan materi yaitu
perubahan kimia. Ternyata perubahan kimia ini disebabkan oleh paartikel
terkecil dari unsur tersebut. Partikel terkecil inilah yang kemudian
dikenal sebagai atom.
Seandainya Anda memotong satu butir beras
menjadi dua bagian, kemudian dipotong lagi menjadi dua bagian dan
seterusnya hingga tidak dapat lagi. Bagian terkecil yang tidak dapat
lagi, inilah awal mulanya berkembangnya konsep atom.
Konsep atom
itu dikemukakan oleh Demokritos yang tidak didukung oleh eksperimen yang
meyakinkan, sehingga tidak dapat diterima oleh beberapa ahli ilmu
pengetahuan dan filsafat. Pengembangan konsep atom-atom secara ilmiah
dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian dilanjutkan oleh Thomson
(1897), Rutherford (1911) dan disempurnakan oleh Bohr (1914).
Hasil
eksperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilkan gambaran
mengenai susunan partikel-partikel tersebut di dalam atom. Gambaran ini
berfungsi untuk memudahkan dalam memahami sifat-sifat kimia suatu atom.
Gambaran susunan partikel-partikel dasar dalam atom disebut model atom.
Marilah kita pelajari satu persatu masing-masing konsep/model atom
tersebut.
1. Model Atom Dalton
John Dalton mengemukakan
hipotesa tentang atom berdasarkan hukum kekekalan massa (Lavoisier) dan
hukum perbandingan tetap (Proust). Teori yang diusulkan Dalton:
a. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi.
b.
Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur
memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
c.
Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan
bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan
atom-atom oksigen.
d. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau
penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan
dengan model atom sebagai bola pejal seperti peluru pada tolak peluru.
Teori atom Dalton tidak dapat menerangkan suatu larutan dapat
menghantarkan listrik. Bagaimana mungkin suatu bola pejal dapat
menghantarkan listrik, padahal listrik adalah elektron yang bergerak.
Berarti ada partikel lain yang dapat menyebabkan terjadinya daya hantar
listrik.
2. Model Atom Thomson
Kelemahan dari Dalton
diperbaiki oleh JJ. Thomson, eksperimen yang dilakukannya tabung sinar
kotoda. Hasil eksperimennya menyatakan ada partikel bermuatan negatif
dalam atom yang disebut elektron. Thomson mengusulkan model atom seperti
roti kismis atau kue onde-onde. Suatu bola pejal yang permukaannya
dikelilingi elektron dan partikel lain yang bermuatan positif sehingga
atom bersifat netral. Kelemahan model Thomson ini tidak dapat
menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.
3. Model Atom Rutherford
Eksperimen
yang dilakukan Rutherford adalah penembakan lempeng tipis dengan
partikel alpha. Ternyata partikel itu ada yang diteruskan, dibelokkan
atau dipantulkan. Berarti di dalam atom terdapat susunansusunan partikel
bermuatan positif dan negatif.
Hipotesa dari Rutherford adalah
atom yang tersusun dari inti atom dan elektron yang mengelilinginya.
Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom.
Model atom Rutherford seperti tata surya.
Kelemahan dari
Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam
inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti
ini disertai pemancaran energi sehingga lama - kelamaan energi elektron
akan berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh
ke dalam inti.
Ambilah seutas tali dan salah satu ujungnya Anda
ikatkan sepotong kayu sedangkan ujung yang lain Anda pegang. Putarkan
tali tersebut di atas kepala Anda. Apa yang terjadi? Benar. Lama
kelamaan putarannya akan pelan dan akan mengenai kepala Anda karena
putarannya lemah dan Anda pegal memegang tali tersebut. Karena
Rutherford adalah telah dikenalkan lintasan/kedudukan elektron yang
nanti disebut dengan kulit.
4. Model Atom Niels Bohr
Kelemahan
dari Rutherford diperbaiki oleh Niels Bohr dengan percobaannya
menganalisa spektrum warna dari atom hidrogen yang berbentuk garis.
Hipotesis Bohr adalah:
a. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam suatu lintasan.
b.
Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke yang lain dengan
menyerap atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak
akan berkurang.
Jika berpindah lintasan ke lintasan yang lebih
tinggi maka elektron akan menyerap energi. Jika beralih ke lintasan yang
lebih rendah maka akan memancarkan energi.
Kelebihan atom Bohr
adalah bahwa atom terdiri dari beberapa kulit untuk tempat berpindahnya
elektron. Kelemahan model atom ini adalah: tidak dapat menjelaskan
spekrum warna dari atom berelektron banyak. Sehingga diperlukan model
atom yang lebih sempurna dari model atom Bohr.
Persamaan Reaksi
Reaksi kimia merupakan contoh yang paling sesuai
untuk perubahan kimia. Pada reaksi kimia, satu zat atau lebih diubah
menjadi zat baru. Zat-zat yang bereaksi disebut pereaksi (reaktan). Zat
baru yang dihasilkan disebut hasil reaksi (produk). Hubungan ini dapat
ditulis sebagai berikut.
Pereaksi & Hasil reaksi
atau Reaktan & Produk
Jika
larutan timbal (II) nitrat dan kalium iodida dicampur, terbentuk
padatan berwarna kuning menyala. Padatan kuning tersebut, timbal (II)
iodida, terdapat di dasar gelas kimia, dan cairan dalam gelas kimia
adalah larutan kalium nitrat
Jika reaksi kimia yang ditunjukkan pada Gambar 4 ditulis, mungkin akan terlihat sebagai berikut:
Timbal
(II) nitrat padat yang terlarut dalam air, ditambah kalium iodida padat
yang terlarut dalam air, menghasilkan kalium nitrat yang terlarut dalam
air dan timbal (II) iodida padat.
Urutan kata-kata tersebut agak
panjang dan tidak praktis. Akan tetapi, semua informasi dalam pernyataan
ini penting. Hal yang sama juga terjadi pada sebagian besar reaksi
kimia, banyak kata-kata yang dibutuhkan untuk menyatakan semua informasi
penting. Akibatnya, para ilmuwan mengembangkan metode menulis cepat
untuk menggambarkan reaksi kimia. Persamaan reaksi kimia adalah suatu
pernyataan yang menggambarkan reaksi kimia menggunakan rumus kimia dan
lambang-lambang lain. Pada pembahasan lambang unsur anda telah
mempelajari
bagaimana menggunakan lambang-lambang kimia. Beberapa lambang lain yang digunakan pada persamaan reaksi kimia:
→ menghasilkan
+ ditambah
(s) padatan (s = solid)
(g) gas (g = gas)
(l) cairan atau leburan (l = liquid)
(aq) terlarut dalam air (aq = aquous)
Bagaimana persamaan reaksi kimia untuk reaksi pada Gam bar 3?
Pb(NO3)2(aq) + 2Kl(aq) → Pbl2(s) + 2KNO3(aq).
Lambang-lambang
di sebelah kanan rumus-rumus tersebut adalah (s) untuk padatan, dan
(aq) untuk larutan, yang berarti “terlarut dalam air”.
Koefisien
Apa
arti angka-angka di sebelah kiri rumus pereaksi dan hasil reaksi? Ingat
bahwa hukum kekekalan massa menyatakan bahwa massa zat tidak berubah
selama reaksi kimia. Atom-atom disusun ulang, namun tidak hilang atau
musnah. Angka-angka ini, yang disebut koefisien, mewakili jumlah unit
masing-masing zat yang berperan dalam reaksi. Misalnya, dalam reaksi
diatas, satu unit Pb(NO)3(aq) bereaksi dengan dua
Gambar 4. Gambaran reaksi antara Pb(NO)3(aq) dengan KI
unit KI dan menghasilkan satu unit PbI2 dan dua unit KNO3. Gambar 4 akan membantumu memahami reaksi ini.
Bagaimana
cara menentukan koefisien-koefisien dalam suatu reaksi kimia? Dalam
bagian berikut anda akan mengetahui bagaimana cara menentukan koefisien
pada persamaan reaksi kimia.
Mengecek Kesetaraan Persamaan Reaksi Kimia
Bercak perak adalah perak sulfida, Ag2S. Senyawa ini terbentuk
ketika
senyawa yang mengandung belerang di udara atau ma kanan bereaksi dengan
perak. Penulisan persamaan reaksi kimia ini adalah.
Ag(s) + H2S(g) → Ag2S(s) + H2(g).
Sekarang
perhatikan persamaan tersebut. Ingat bahwa zat tidak tercipta atau
musnah dalam reaksi kimia. Perhatikan bahwa terdapat satu atom perak
pada pereaksi, yaitu Ag(s). Akan tetapi, terdapat dua atom perak dalam
hasil reaksi, yaitu Ag2S(s). Satu atom perak tidak dapat
begitu saja
menjadi dua. Persamaan tersebut harus disetarakan sehingga dapat
menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi dalam reaksi tersebut.
Persamaan reaksi kimia yang setara mempunyai jumlah atom masing-masing
unsur yang sama pada kedua ruas persamaan tersebut. Untuk memastikan
apakah persamaan itu setara, buatlah bagan yang ditunjukkan dalam Tabel
berikut.
Atom Jumlah atom
Ag + H2S Ag2S + H2
Ag H
S 1 2
1 2 2
1
Jumlah
atom hidrogen dan jumlah atom belerang setara. Namun terdapat dua atom
perak di sebelah kanan sedangkan di sebelah kiri hanya satu. Persamaan
tersebut tidak setara. Untuk menyetarakan persamaan, jangan mengubah
angka pada rumus yang sudah benar. Letakkan angka
koefisien di
sebelah kiri rumus pereaksi dan hasil reaksi sehingga jumlah atom perak
pada kedua sisi. Jika tidak ditulis angkanya, berarti koefisien tersebut
satu.
Bagaimana anda menentukan koefisien yang digunakan untuk
menyetarakan persamaan tersebut? Penentuan ini biasanya merupakan proses
mencoba-coba. Jika terlatih, proses tersebut menjadi mudah.
Pada
persamaan reaksi kimia bercak perak, atom-atom belerang dan hidrogen
sudah setara. Tidak perlu menambahkan koefisien didepan rumus-rumus yang
mengandung atom-atom ini. Kemudian perhatikan rumus-rumus yang
mengandung atom-atom perak: Ag dan Ag2S. Di sisi kanan terdapat dua atom
perak, sedangkan di sisi kiri hanya terdapat satu. Jika ditambahkan
koefisien 2 didepan Ag, persamaan tersebut menjadi setara, seperti
ditunjukkan dalam Tabel berikut.
Atom Jumlah atom
2Ag + H2S Ag2S + H2
Ag H
S 2 2
1 2 2
1
2Ag(s) + H2S(g) → Ag2S(s) + H2(g).
Langkah-langkah menyetarakan Reaksi Kimia
Cara tabel (langsung)
Jika
sepotong pita magnesium terbakar dalam labu berisi oksigen,
terbentuklah serbuk putih yang disebut magnesiun oksida. Untuk menulis
persamaan reaksi kimia yang setara untuk sebagian besar reaksi, ikuti 4
langkah berikut ini.
Langkah 1. Gambarkan reaksi dalam kata-kata,
letakkan pereaksi disisi kiri dan hasil reaksi di sebelah kanan.
Magnesium plus oksigen menghasilkan magnesium oksida.
Langkah2. Tulis
persamaan reaksi kimia untuk reaksi tersebutmenggunakan rumus-rumus dan
lambang-lambang. Rumus untuk unsur-unsur umumnya hanya lambang-lambang.
Akan tetapi, harus diperhatikan bahwa oksigen adalah molekul diatomik,
O2. Mg(s) + O2(g) →MgO(s).
Langkah 3. Hitunglah atom dalam persamaan.
Buatlah bagan (tabel) untuk membantumu. Atom-atom magnesium sudah
setara, namun atom-atom oksigen belum. Oleh karenanya persamaan ini
belum setara.
Atom Jumlah atom
Mg + O2 MgO
Mg O 1 2 1 1
Langkah
4. Tentukan koefisien yang menyetarakan persamaan tersebut. Ingat,
untuk menyetarakan persamaan jangan mengubah angka pada rumus yang sudah
benar. Coba dengan memberi koefisien 2 di depan MgO untuk menyetarakan
oksigen. Mg(s) + O2(g) → 2MgO(s)
Sekarang terdapat dua atom Mg di sisi kanan sedangkan di sisi kiri hanya
satu jadi koefisien 2 juga dibutuhkan oleh Mg. 2Mg(s) + O2(g) → 2MgO(s).
Atom Jumlah atom
2Mg + O2 2MgO
Mg O 2 2 2 2
Contoh
Tuliskan reaksi berikut dan setarakan
a. Logam tembaga direaksikan dengan padatan belerang menghasilkan
tembaga (I) sulfida, Cu2S.
b. Logam natrium direaksikan dengan air menghasilkan larutan
natrium hidroksida (NaOH) dan gas hidrogen.
Jawab a.
Atom Jumlah atom
2Cu + S Cu2S
Cu S 2 1 2 1
2Cu(s) + S(s) → Cu2S(s)
b.
Atom Jumlah atom
2Na + 2H2O 2NaOH + H2
Na H
O 2 4
2 2 4
2
2Na(s) + 2H2O(l) → 2NaOH(aq) + H2(g)
Cara abc (Substitusi)
Cara
ini dilakukan dengan memberi koefisien sementara dengan huruf a,b,c,d
dan seterusnya. Kemudian melakukan substitusi dengan berpedoman bahwa
jumlah masing-masing atom di ruas kiri dama dengan jumlah atom pada
ruasn kanan. Langkah-langkah:
Langkah 1 : memberi koefisien
sementara, pilih rumus kimia yang paling kompleks dan berilah koefisien
1, sedangkan yang lainnya berilah koefisien a, b, c, dan seterusnya
Langkah 2 : menyelesaikan secara substitusi, dengan prinsip jumlah masing-masing atom di ruas kiri = ruas kanan
Langkah 3 : menuliskan hasil akhir
Contoh:
Setarakan reaksi Mg(s) + O2(g) → MgO(s).
Jawab:
Langkah 1. rumus kimia yang paling kompleks MgO
a Mg + b O2 → MgO langkah 2.
Jumlah di ruas kiri = jumlah di ruas kanan Hasil
Atom Mg a = 1 a = 1
Atom O 2b = 1 b= 1/2
Langkah 3.
Mg + O2 →2 MgO
Agar koefisien tidak pecahan, maka kalikan dengan 2, sehingga:
2 Mg + O2→ 2 MgO
Setarakan reaksi:
C7H16 + O2 → CO2 + H2O Jawab
Langkah 1: rumus kimia paling kompleks C7H16 1C7H16 + a O2 → b CO2 + c H2O
Langkah 2:
Jumlah di ruas kiri = jumlah di ruas kanan Hasil
Atom C 7 = b b = 7
Atom H 16 = 2c c = 8
Atom O 2a = 2b + c 2a = (2 x 7)+ 8 2a = 22 a = 11
Setarakan reaksi: Al + H2SO4 → Al2(SO4)3 + H2
Jawab
Langkah 1: Rumus kimia paling kompleks Al2(SO4)3
a Al + b H2SO4 → 1 Al2(SO4)3 + c H2 langkah 2:
Jumlah di ruas kiri = jumlah di ruas kanan Hasil
Atom Al a = 2 a = 2
Atom S b = 3 b = 3
Atom O 4b = 12 b = 3
Atom H 2b = c 2 x 3 = c c = 6
Langkah 3. 2Al + 3H2SO4 → Al2(SO4)3 + 6H2
Hukum Dasar Kimia
STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.
1. HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER
“Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap”.
Contoh:
hidrogen + oksigen → hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)
2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap”
Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3
Keuntungan dari hukum Proust:
bila
diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang
membentuk senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.
Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%
3. HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON
“Bila
dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah
satu unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan
berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana”.
Contoh:
Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,
NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2
4. HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT
dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)
Perubahan-perubahan
dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi
tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:
A. HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan
n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2
Contoh:
Berapa
tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada temperatur
tersebut 0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter den tekanan 2 atmosfir ?
Jawab:
P1 V1 = P2 V2
2.5 = P2 . 10 / P2 = 1 atmosfir
B. HUKUM GAY-LUSSAC
“Volume
gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile diukur pada
suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat den
sederhana”.
Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2
Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2 ) jika pada kondisi tersebut 1 liter gas hidrogen (H2 ) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N = 14
Jawab:
V1/V2 = n1/n2
10/1 = (x/28) / (0.1/2)
x = 14 gram
Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.
C. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC
Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu dan diturunkan dengan keadaan harga n = n2 sehingga diperoleh persamaan:
P1. V1 / T1 = P2 . V2 / T2
D. HUKUM AVOGADRO
“Pada
suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung
jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan
STP (0o C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter volume ini
disebut sebagai volume molar gas.
Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)
Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol
Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter
Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:
P1 . V1 / T1 = P2 2 . V2 / T2
1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27)
V2 = 12.31 liter
Label: MATERI KELAS X